Bismillh....
BAPAK ARIS: PENJAGA KEADILAN DAN KEBENARAN DI BLOK SINDUREJA
Di Blok Sindureja, Desa Halimpu, nama Bapak Aris dikenal luas sebagai sosok yang selalu menjaga keadilan dan kebenaran. Beliau adalah seorang tokoh yang tidak pernah ragu untuk menyuarakan pendapatnya, terutama ketika ada ketimpangan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan norma masyarakat.
Keberanian Bapak Aris dalam bersuara membuat Blok Sindureja menjadi tempat yang tidak mudah untuk menyelewengkan anggaran atau melakukan tindakan yang tidak sesuai. Pengawasan ketat yang beliau lakukan memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil selalu berada dalam koridor yang benar dan adil.
Peran Bapak Aris sangat besar dalam menjaga Desa Halimpu. Meski menghadapi banyak tantangan, beliau tetap teguh dalam prinsipnya untuk melindungi desa dan warganya. Keberanian dan dedikasinya menjadi inspirasi bagi banyak orang, menunjukkan bahwa satu suara yang berani dapat membawa perubahan besar.
#Maaf, maaf sedang belajar menulis, maaf
PAKAIAN WARNA COKELAT
Dahulu kala, di bukit jati terdapat seorang empu pembuat keris dan beberapa muridnya. Suatu hari sang empu mendapat undangan dari Kepala Desa Halimpu untuk menghadiri acara adat.
Sang empu merasa senang dan terhormat mendapat undangan tersebut. Ia pun segera mempersiapkan diri dan meminta Nayra untuk pergi ke tukang jahit untuk dibuatkan dua pakaian, karena sang empu akan membawa hadiah beberapa golok, jadi mengajak Nayra ke acara tersebut.
Setelah beberapa hari, saat pakaiannya sudah jadi, Nayra merasa malu dan takut saat akan memberikan pakaian itu. Tapi, Nayra tetap memberanikam diri untuk memberikan pakaian itu.
"Nayra, mengapa kamu terlihat ragu dan takut saat memberikan pakaian ini?" Tanya sang empu.
"Saya takut Empu tidak menyukainya, karena pakaiannya berwarna cokelat."
"Nayra, pakaiannya sangat indah dan saya menyukainya."
Nayra sangat lega mendengarnya, "Benarkah, Empu?"
"Setiap warna memiliki maknanya sendiri dan saya sangat menyukai warna cokelat ini. Karena warnanya tidak mencolok, tapi memiliki daya tarik yang kuat. Warna cokelat juga memiliki makna yang dalam, yang melambangkan kedamaian, kesederhanaan dan kedalaman pikiran."
"Benarkah, Empu?"
"Warna cokelat juga merupakan warna yang secara alami ditemui di alam, jadi erat dengan alam. Penjahit itu membuatkan pakaian berwarna cokelat ini, mungkin karena menurutnya cocok untuk nanti kita kenakan ke acara adat tersebut."
"Terima kasih, Empu, saya akan selalu mengingat kata-kata empu."
Setelah itu, Nayra membantu membuat beberapa golok yang akan dihadiahkan kepada warga Desa Halimpu. Konon, Golok itulah yang menjadi cikal bakal anyaman bambu di Desa Halimpu.
Dulu, di Desa Halimpu seperti di desa-desa yang lain yang kalau membuat rumah dindingnya menggunakan pagar. Tapi, karena memiliki golok yang tajam, mereka bisa mengiris bambu tipis-tipis dan dibuat anyaman bilik bambu untuk dinding rumah dan lain sebagainya.
Sejak saat itu, penduduk dari desa lain banyak yang minta dibuatkan anyaman bilik bambu dan bilik bambu halimpu menjadi sangat terkenal.
#Ceritaanak-anak
Ismillah....
Bapak Samian: Sosok Pendiam dengan Hati yang Besar
Di Blok Sinduteja, Desa Halimpu, ada seorang pria bernama Bapak Samian yang menjadi teladan dalam menjalankan kewajiban sosial sebagai warga masyarakat. Meski dikenal sebagai sosok yang pendiam dan kurang aktif dalam kegiatan sosial pada umumnya, Bapak Samian memiliki dedikasi luar biasa dalam satu hal khusus: mengantarkan jenazah ke peristirahatan terakhirnya.
Setiap kali ada kabar duka di Blok Sinduteja, Bapak Samian selalu menjadi salah satu warga pertama yang hadir di pemakaman. Tanpa diminta, beliau dengan sukarela ikut menggali kubur, tugas yang membutuhkan tenaga besar dan keterampilan khusus. Berkat pengalamannya yang terbiasa mencangkul, Bapak Samian memiliki stamina dan kekuatan yang sangat membantu dalam proses penggalian kubur.
Yang membuat Bapak Samian istimewa adalah komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap tugas ini. Bahkan ketika sedang bekerja, begitu mendengar ada warga yang meninggal, beliau tanpa ragu menghentikan pekerjaannya dan bergegas menuju pemakaman. Bagi Bapak Samian, mengantarkan tetangga yang meninggal bukan sekadar kewajiban sosial, tapi juga panggilan hati yang tak bisa diabaikan.
Meski dalam keseharian dikenal sebagai orang yang tidak banyak bicara, Bapak Samian menunjukkan bahwa tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata. Kehadirannya yang konsisten di setiap pemakaman warga Blok Sinduteja menjadi bukti nyata kepedulian dan rasa persaudaraannya yang mendalam.
Sikap Bapak Samian ini mencerminkan nilai-nilai luhur yang masih dijunjung tinggi di Desa Halimpu. Ia mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, kontribusi seseorang tidak selalu diukur dari seberapa vokal atau aktif mereka dalam percakapan sehari-hari, tetapi juga dari tindakan nyata yang mereka lakukan saat dibutuhkan.
Dedikasi Bapak Samian dalam menjalankan kewajiban sosial ini menjadi inspirasi bagi warga lainnya. Ia mengajarkan bahwa setiap orang, tidak peduli seberapa pendiam atau tidak menonjol dalam keseharian, memiliki peran penting dalam menjaga keharmonisan dan gotong royong di masyarakat.
Sosok seperti Bapak Samian mungkin jarang mendapat sorotan, namun jasanya sangat berarti bagi masyarakat Blok Sinduteja. Melalui tindakannya yang sederhana namun konsisten, beliau telah membuktikan bahwa kepedulian dan rasa persaudaraan dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk, dan bahwa setiap kontribusi, sekecil apapun, memiliki nilai yang tak ternilai dalam mempererat ikatan sosial di masyarakat.
Bismillah....
GELORA SPORT CENTRE: KEBANGGAAN OLAHRAGA DESA HALIMPU
Di tengah pesona alam Desa Halimpu, berdiri megah sebuah kompleks olahraga yang menjadi kebanggaan tidak hanya bagi warga setempat, tetapi juga bagi seluruh wilayah Cirebon. Gelora Sport Centre hadir sebagai bukti nyata komitmen desa dalam memajukan dunia olahraga, khususnya sepak bola.
Gelora Sport Centre memiliki fasilitas yang menakjubkan. Kompleks ini dilengkapi dengan dua lapangan mini sepak bola yang sudah rampung pembangunannya, memberikan ruang bagi para pecinta bola untuk mengasah keterampilan mereka. Namun, yang paling mencolok adalah kehadiran satu lapangan sepak bola berukuran standar nasional. Lapangan ini menjadi magnet bagi klub-klub sepak bola lokal dan regional untuk menggelar pertandingan maupun latihan.
Keunikan Gelora Sport Centre terletak pada skala dan kualitasnya. Fasilitas ini dikenal sebagai kompleks lapangan soccer dan mini soccer terbesar di wilayah Tiga Cirebon. Hal ini menjadikan Desa Halimpu sebagai pusat gravitasi bagi pengembangan bakat sepak bola di region tersebut.
Namun, ambisi Gelora Sport Centre tidak berhenti di sini. Beredar kabar bahwa ada rencana untuk mengembangkan fasilitas ini menjadi pesantren sepak bola. Jika ini terwujud, Gelora Sport Centre tidak hanya akan menjadi tempat untuk bermain sepak bola, tetapi juga pusat pembinaan atlet muda yang komprehensif, memadukan pendidikan karakter ala pesantren dengan pelatihan sepak bola profesional.
Kehadiran Gelora Sport Centre di Desa Halimpu bukan hanya tentang olahraga. Ini adalah tentang membangun mimpi, membuka peluang, dan menciptakan masa depan cerah bagi generasi muda. Dengan fasilitas sekaliber ini, bukan tidak mungkin kelak Desa Halimpu akan melahirkan bintang-bintang sepak bola yang akan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
#Maaf-maaf sedang belajar menulis, maaf
Bismillah....
PRESTASI POSYANDU MAWAR DESA HALIMPU
Posyandu Mawar di Desa Halimpu, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, telah menunjukkan dedikasi dan kerja keras yang luar biasa dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Prestasi yang telah diraih oleh Posyandu Mawar tidak hanya menjadi kebanggaan bagi desa, tetapi juga menjadi inspirasi bagi posyandu lainnya di wilayah Kabupaten Cirebon dan sekitarnya.
Pencapaian Utama
1. Juara Posyandu Terbaik di Kabupaten Cirebon
Posyandu Mawar berhasil meraih predikat sebagai posyandu terbaik di Kabupaten Cirebon. Penghargaan ini diberikan atas kinerja yang luar biasa dalam berbagai aspek pelayanan kesehatan, termasuk pemeriksaan ibu hamil, penimbangan balita, pelayanan keluarga berencana (KB), dan penanganan gizi buruk.
2. Partisipasi di Lomba Posyandu Tingkat Provinsi Jawa Barat
Setelah meraih juara di tingkat kabupaten, Posyandu Mawar melanjutkan prestasinya dengan mengikuti lomba Posyandu tingkat Provinsi Jawa Barat. Partisipasi ini menunjukkan bahwa Posyandu Mawar mampu bersaing di tingkat yang lebih tinggi dan membawa nama baik Desa Halimpu ke kancah yang lebih luas¹.
Kegiatan dan Program Unggulan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Posyandu Mawar menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan rutin untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak. Kegiatan ini meliputi penimbangan balita, imunisasi, dan pemeriksaan kesehatan lainnya yang sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu dan anak.
Pendidikan Kesehatan
Selain pelayanan kesehatan, Posyandu Mawar juga aktif dalam memberikan penyuluhan tentang gizi, kesehatan reproduksi, dan perawatan anak. Program pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Posyandu Mawar membantu dalam penyuluhan dan pelayanan KB untuk mengatur jarak kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Program ini sangat penting untuk kesejahteraan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Penanganan Gizi Buruk
Posyandu Mawar berperan aktif dalam mendeteksi dan menangani kasus gizi buruk pada anak-anak. Dengan memberikan makanan tambahan dan edukasi gizi kepada orang tua, posyandu ini berusaha memastikan bahwa semua anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembang yang optimal.
Dukungan dan Partisipasi Masyarakat
Keberhasilan Posyandu Mawar tidak lepas dari dukungan dan partisipasi aktif masyarakat Desa Halimpu. Kader posyandu yang berdedikasi, serta kerjasama yang baik antara pemerintah desa dan masyarakat, telah menjadi kunci utama dalam meraih berbagai prestasi ini. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu menunjukkan tingginya kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kesejahteraan bersama.
#Maaf-maaf sedang belajar menulis, maaf
Bismillah....
PONDOK PESANTREN AL-ANTIQ: PILAR SPIRITUAL DAN SOSIAL DESA HALIMPU
Di jantung Desa Halimpu, berdiri dengan kokoh Pondok Pesantren Al-Antiq, sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat setempat. Sebagai pondok pesantren tradisional, Al-Antiq tidak hanya berfungsi sebagai tempat menimba ilmu agama, tetapi juga berperan sebagai pusat penyebaran nilai-nilai Islam dan pembinaan akhlak di Desa Halimpu.
Peran Ponpes Al-Antiq dalam membentuk karakter dan spiritualitas masyarakat Desa Halimpu sangatlah besar. Melalui berbagai kegiatan keagamaan dan sosial, pesantren ini telah menjadi pilar utama dalam menyebarkan ajaran Islam yang damai dan penuh kasih sayang. Kehadiran Al-Antiq telah membawa dampak positif yang signifikan, tidak hanya dalam aspek keagamaan, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat.
Saat ini, Ponpes Al-Antiq dipimpin oleh dua tokoh yang sangat dihormati di Desa Halimpu, yaitu Pak Ustad Asep dan Ibu Ustadzah Ade. Kedua tokoh ini tidak hanya berperan sebagai pengajar bagi para santri di pesantren, tetapi juga aktif dalam menyebarkan ilmu dan nilai-nilai Islam kepada masyarakat luas.
Pak Ustad Asep dan Ibu Ustadzah Ade dengan tekun membimbing masyarakat melalui berbagai kegiatan keagamaan. Pengajian ibu-ibu yang diadakan di masjid dan mushola-mushola di seluruh Desa Halimpu menjadi sarana utama untuk menyampaikan ajaran Islam. Selain itu, kegiatan Yasinan ibu-ibu juga menjadi wadah untuk mempererat tali silaturahmi antar warga sambil meningkatkan pemahaman agama.
Kehadiran Ponpes Al-Antiq, dengan bimbingan Pak Ustad Asep dan Ibu Ustadzah Ade, telah membawa perubahan positif dalam kehidupan masyarakat Desa Halimpu. Mereka tidak hanya menjadi guru agama, tetapi juga menjadi panutan dan pembimbing spiritual yang dihormati. Peran mereka dalam membentuk karakter, memperkuat iman, dan membangun harmoni sosial di Desa Halimpu sungguh tak ternilai.
Dengan demikian, Pondok Pesantren Al-Antiq telah membuktikan dirinya sebagai institusi yang tidak hanya fokus pada pendidikan agama formal, tetapi juga berperan aktif dalam pembangunan masyarakat yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia di Desa Halimpu.
#Maaf-maaf sedang belajar menulis, maaf
Bismillah....
MENUJU PEMILU DAMAI: SUASANA KONDUSIF DI DESA HALIMPU
Dua minggu menjelang pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Cirebon, serta Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat pada 27 November 2024, Desa Halimpu menunjukkan suasana yang sangat kondusif. Hal ini menjadi cerminan dari prestasi kepemimpinan Bapak Kasman selaku Kepala Desa Halimpu dalam membangun iklim demokrasi yang sehat di tengah masyarakat.
Hari-hari menjelang pemilu diisi dengan aktivitas warga yang tetap berjalan normal. Tidak ada ketegangan atau konflik yang biasa mewarnai masa-masa menjelang pemilihan di banyak daerah. Sebaliknya, warga Desa Halimpu tetap menjalankan kegiatan sehari-hari mereka dengan tenang, sambil sesekali berdiskusi tentang visi misi para calon dengan santai dan penuh toleransi.
Bapak Kasman, bersama dengan para Kadus di setiap Blok, terus melakukan sosialisasi tentang pentingnya partisipasi dalam pemilu. Mereka mengingatkan warga untuk menggunakan hak pilih mereka, namun selalu menekankan bahwa tidak ada paksaan dan setiap warga bebas memilih sesuai hati nurani masing-masing.
Prestasi Desa Halimpu dalam menciptakan suasana pra-pemilu yang damai dan ini adalah sejarah. Saat ini, di bawah kepemimpinan Bapak Kasman, Desa Halimpu berhasil menyelenggarakan pemilu yang aman, tertib, dan demokratis. Keberhasilan tersebut menjadi fondasi kuat bagi terbentuknya budaya politik yang sehat di desa ini.
Menjelang pemilu kali ini, terlihat bagaimana warga desa, dari berbagai latar belakang dan pilihan politik, tetap bisa berinteraksi dengan harmonis. Di warung-warung kopi, balai desa, atau saat gotong royong, mereka tetap bisa berdiskusi politik dengan santai tanpa menimbulkan perpecahan.
Ada yang mengatakan, "Kami sangat bersyukur. Di saat banyak daerah mengalami ketegangan menjelang pemilu, Desa Halimpu tetap tenang dan damai. Ini adalah prestasi seluruh warga desa yang telah memahami esensi demokrasi."
Situasi kondusif ini diharapkan tidak hanya terjaga hingga hari pemilihan, tetapi juga pasca pemilu dan seterusnya. Semoga Desa Halimpu bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam menyelenggarakan pesta demokrasi yang aman, damai, dan penuh kekeluargaan.
Prestasi ini merupakan buah dari kerja keras Bapak Kasman, para aparat desa, dan seluruh warga Desa Halimpu. Semoga situasi harmonis ini dapat terus dipertahankan dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang, membuktikan bahwa demokrasi sejati dapat tumbuh subur di tingkat akar rumput.
#Maaf-maaf sedang belajar menulis, maaf
Bismillah....
ABAH DIMYATI: PENJAGA WARISAN SPIRITUAL BLOK SINDUREJA
Di tengah derasnya arus perubahan zaman, sosok Abah Dimyati akan selalu dikenang sebagai ulama yang teguh menjaga warisan spiritual di blok Sindureja, Desa Halimpu. Almarhum bukan hanya seorang tokoh agama, tetapi juga pelindung tradisi yang memahami pentingnya melestarikan ajaran-ajaran leluhur di tengah modernisasi.
Kehadiran Abah Dimyati di blok Sindureja membawa berkah tersendiri bagi masyarakat setempat. Beliau dengan gigih menjaga kemurnian ajaran agama, memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu tetap hidup dan relevan. Keteguhan prinsip Abah Dimyati tercermin dalam sikapnya yang selektif terhadap pengaruh luar. Tidak sembarang orang bisa dengan mudah membawa perubahan atau pengaruh baru ke blok Sindureja selama Abah Dimyati masih hidup.
Kearifan Abah Dimyati terletak pada kemampuannya menyeimbangkan antara menjaga tradisi dan menghadapi perkembangan zaman. Beliau memahami bahwa warisan leluhur bukan sekadar ritual kosong, melainkan fondasi moral dan spiritual yang memperkuat identitas masyarakat. Melalui pengajaran dan teladan hidupnya, Abah Dimyati berhasil menanamkan pentingnya menjaga akar budaya dan nilai-nilai agama kepada generasi penerus.
Sayangnya, seiring dengan kepergian Abah Dimyati, tantangan untuk mempertahankan ajaran dan warisan leluhur semakin besar. Kini, masyarakat blok Sindureja dan Desa Halimpu secara umum menghadapi dilema antara kemajuan dan pelestarian tradisi. Ajaran-ajaran yang dulu dijaga ketat oleh Abah Dimyati mulai tergerus, tergantikan oleh nilai-nilai baru yang tidak selalu sejalan dengan kearifan lokal.
Kepergian Abah Dimyati meninggalkan kekosongan yang terasa dalam kehidupan spiritual masyarakat. Namun, warisan pemikirannya tetap hidup dalam ingatan mereka yang pernah mengenalnya. Kini, tanggung jawab untuk melestarikan ajaran dan nilai-nilai yang beliau jaga dengan gigih berada di pundak generasi penerus.
Sosok Abah Dimyati akan selalu dikenang sebagai mercusuar spiritual yang menerangi jalan bagi masyarakat blok Sindureja. Semoga semangat dan dedikasi beliau dalam menjaga warisan leluhur dapat terus menginspirasi generasi mendatang untuk menghargai akar budaya mereka di tengah arus perubahan zaman.
#Maaf,,maaf sedang belajar menulis, untuk dibaca sendiri, maaf
Bismillah....
WARISAN KAK IDI: TENDA YANG MENYATUKAN
Di setiap komunitas, ada sosok-sosok yang meninggalkan jejak positif meski waktu kepemimpinan mereka singkat. Di Blok Sindureja, Desa Halimpu, kita mengenal salah satu tokoh seperti itu: Kak Idi.
Meski masa jabatannya sebagai ketua pemuda Blok Sindureja terbilang singkat, Kak Idi telah meninggalkan warisan yang terus memberikan manfaat hingga hari ini. Warisan itu berupa dua lokal tenda, yang mungkin terlihat sederhana namun memiliki makna mendalam bagi masyarakat.
Tenda-tenda ini bukan sekadar struktur dari kain dan tiang. Mereka adalah simbol dari kepedulian Kak Idi terhadap kebutuhan warganya. Dengan visi yang jauh ke depan, beliau memahami bahwa fasilitas seperti ini akan sangat bermanfaat bagi berbagai kegiatan masyarakat.
Dan benar saja, sejak saat itu, tenda-tenda ini telah menjadi saksi bisu dari berbagai momen penting dalam kehidupan warga Blok Sindureja. Saat ada acara komunitas, tenda-tenda ini berdiri gagah, menyediakan naungan dan ruang berkumpul. Ketika ada warga yang mengadakan hajatan, tenda-tenda ini sering membantu, memfasilitasi kebahagiaan dan perayaan. Bahkan di saat-saat duka, ketika ada warga yang berpulang, tenda-tenda ini tetap setia, memberikan tempat bagi pelayat untuk berkumpul dan berbela sungkawa.
Meski hanya dua lokal, tenda-tenda ini telah menjadi aset berharga bagi masyarakat. Mereka bukan hanya struktur fisik, tetapi juga pengingat akan semangat gotong royong dan kebersamaan yang selalu dijunjung tinggi di Blok Sindureja.
Keberadaan tenda-tenda ini juga menjadi bukti bahwa tindakan kecil, jika dilakukan dengan pemikiran yang bijak dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat, bisa memberikan dampak yang luar biasa. Kak Idi mungkin tidak menyadari saat itu, betapa besar manfaat dari keputusannya untuk menyediakan tenda-tenda ini.
Hari ini, setiap kali tenda-tenda itu didirikan untuk berbagai acara, nama Kak Idi selalu diingat dengan penuh rasa syukur. Meski masa kepemimpinannya singkat, namun jejaknya tetap abadi dalam kehidupan sehari-hari warga Blok Sindureja.
Semoga kisah Kak Idi dan tenda-tendanya ini bisa menjadi inspirasi. Bahwa dalam kepemimpinan, bukan lamanya waktu yang menentukan, tapi kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan ketulusan dalam melayani masyarakat.
Terima kasih, Kak Idi. Warisan Anda terus menyatukan dan melayani masyarakat Blok Sindureja hingga hari ini dan di masa yang akan datang.
#Maaf, maaf, sedang belajar menulis, untuk mengingatkan diri sendiri, maaf
Bismillah....
BAPAK HAMDANI: PELESTARI GENJRING RUDAT HALIMPU SINDUREJA
Nama Bapak Hamdani telah lama dikenal sebagai sosok yang mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya kepada warga Blok Sindureja, Desa Halimpu, bahkan ketika beliau berada jauh di Jakarta. Namun, kontribusi beliau tidak hanya terbatas pada perannya sebagai penghubung antara desa dan kota. Di tanah kelahirannya sendiri, Bapak Hamdani memainkan peran yang tak kalah penting dalam melestarikan warisan budaya lokal.
Genjring Rudat, sebuah kesenian khas yang telah menjadi identitas Blok Sindureja Desa Halimpu selama beberapa generasi, menemukan rumah di kediaman Bapak Hamdani. Dengan ketulusan hati dan kecintaan yang mendalam terhadap seni tradisional ini, beliau membuka pintu rumahnya lebar-lebar, menjadikan halaman kediamannya sebagai tempat latihan bagi para seniman Genjring Rudat.
Keputusan Bapak Hamdani untuk menyediakan ruang latihan ini bukan sekadar tindakan sederhana. Ini adalah bukti nyata dari komitmennya untuk menjaga api kesenian tetap menyala di tengah arus modernisasi yang kian deras. Setiap dentingan alat musik, setiap gerakan tari, dan setiap lantunan syair yang bergema di halaman rumahnya adalah upaya untuk memastikan bahwa Genjring Rudat tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang.
Bagi para seniman muda, rumah Bapak Hamdani bukan sekadar tempat berlatih. Ini adalah sebuah sekolah, di mana mereka tidak hanya belajar tentang teknik dan keterampilan, tetapi juga menyerap nilai-nilai dan filosofi yang terkandung dalam Genjring Rudat. Di sini, di bawah naungan keramahan Bapak Hamdani, mereka menemukan inspirasi untuk terus melestarikan warisan leluhur mereka.
Dedikasi Bapak Hamdani terhadap Genjring Rudat mencerminkan pemahaman mendalam beliau akan pentingnya menjaga akar budaya. Di tengah dunia yang terus berubah, beliau melihat kesenian ini bukan sebagai peninggalan masa lalu yang usang, melainkan sebagai jembatan yang menghubungkan generasi, membawa kebijaksanaan nenek moyang ke masa kini dan masa depan.
Melalui tindakannya, Bapak Hamdani telah mengajarkan pelajaran berharga kepada kita: bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama, dan bahwa setiap orang, dengan caranya masing-masing, dapat berkontribusi dalam menjaga kekayaan tradisi.
Kerelaan Bapak Hamdani untuk membuka rumahnya bagi latihan Genjring Rudat juga menjadi contoh nyata bagaimana cinta terhadap seni dan budaya dapat diwujudkan dalam tindakan konkret. Ini adalah pengingat bahwa untuk melestarikan warisan budaya, terkadang, yang dibutuhkan hanyalah sebuah ruang terbuka, hati yang tulus, dan tekad yang kuat.
#Maaf, maaf, sedang belajar menulis, untuk mengingatkan diri sendiri, maaf
Bismillah....
MENGENANG BAPAK HAMDANI: JEMBATAN KASIH ANTARA DESA DAN KOTA
Dalam kisah kehidupan Desa Halimpu, ada satu nama yang selalu diingat dengan penuh kehangatan dan rasa syukur: Bapak Hamdani dari Blok Sindureja. Meski tinggal di kota besar Jakarta, hati beliau tak pernah jauh dari tanah kelahirannya.
Bapak Hamdani adalah sosok yang luar biasa. Di tengah hiruk pikuk ibu kota, beliau menjadi mercusuar bagi warga Desa Halimpu, khususnya dari Blok Sindureja. Setiap kali ada warga yang berkunjung ke Jakarta, entah untuk mencari pekerjaan atau sekadar mengunjungi keluarga, pintu rumah Bapak Hamdani selalu terbuka lebar.
"Mampirlah," begitu ajakan yang selalu beliau sampaikan. Bukan sekadar basa-basi, tapi undangan tulus yang mencerminkan kepedulian mendalam. Bagi banyak warga Blok Sindureja, rumah Bapak Hamdani di Jakarta adalah rumah kedua, tempat bernaung sementara sebelum menemukan pijakan di kota besar.
Kebaikan hati Bapak Hamdani bukan hanya tentang memberi tempat tinggal. Beliau juga aktif mengajak saudara, keponakan, dan tetangga untuk mencoba peruntungan di kota. Banyak yang berhasil meraih mimpi berkat dorongan dan bantuan beliau. Bagi mereka yang belum menemukan pekerjaan atau enggan menyewa tempat tinggal, rumah Bapak Hamdani selalu menjadi pelabuhan yang aman.
Yang membuat kisah ini semakin istimewa adalah fakta bahwa tradisi kebaikan ini bukan dimulai oleh Bapak Hamdani sendiri. Konon, kebiasaan mulia ini telah diterapkan sejak lama, diwariskan dari ibunda Bapak Hamdani. Sebuah bukti bahwa nilai-nilai kebaikan dan persaudaraan telah mengakar kuat dalam keluarga ini.
Di tengah kehidupan kota yang sering dianggap individualistis, Bapak Hamdani membuktikan bahwa ikatan persaudaraan bisa tetap kuat, bahkan semakin kokoh. Beliau menjadi jembatan yang menghubungkan kehidupan desa dan kota, memberi harapan dan kesempatan bagi banyak orang.
Kini, setelah memasuki masa pensiun, Bapak Hamdani telah kembali ke pangkuan Desa Halimpu. Namun, jejak kebaikannya tetap terpatri dalam ingatan banyak orang. Kisah-kisah tentang keramahan dan kepeduliannya akan terus diceritakan, menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Melalui tulisan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Hamdani. Terima kasih telah menjadi rumah bagi mereka yang jauh dari rumah. Terima kasih telah menjaga rasa persaudaraan di tengah hiruk pikuk kota. Dan terima kasih telah menunjukkan bahwa di manapun kita berada, kita bisa selalu menjadi bagian dari keluarga besar Desa Halimpu.
Maaf, maaf, sedang belajar menulis, untuk mengingatkan diri sendiri, maaf
Bismillah....
PERJUANGAN MENDIRIKAN MADRASAH DI BLOK SiINDUREJA
Suatu sore yang cerah, Nayra duduk di halaman bersama Ibu Etricha. Pikirannya masih terpaku pada cerita tentang Madrasah di Blok Sindureja yang diceritakan oleh Ibu Etricha sebelumnya.
"Ibu, aku penasaran. Siapa yang pertama kali punya ide mendirikan Madrasah di Blok Sindureja?" tanya Nayra dengan penuh rasa ingin tahu.
Ibu Etricha menghela napas panjang, lalu menjawab dengan hati-hati, "Sejujurnya, Ibu tidak tahu secara pasti siapa yang pertama kali memiliki ide itu, Nayra. Tapi setahu Ibu, yang punya pikiran untuk mendirikan Madrasah adalah para Remaja Masjid Blok Sindureja. Terutama Pak Eman Sulaeman, putra dari sesepuh desa kita, Abah Nurhasan."
Nayra tampak semakin tertarik, "Jadi, Pak Eman yang mulai semuanya?"
"Ya, kemungkinan besar begitu," kata Ibu Etricha, meskipun ada keraguan di suaranya. "Tapi Ibu takut salah, Nayra. Ibu hanya tahu bahwa Remaja Masjid yang memulai perjuangan itu. Dulu, mendirikan Madrasah bukanlah hal yang mudah. Madrasah belum populer seperti sekarang, dan diakui pemerintah hanya di beberapa tempat saja."
Nayra menatap Ibu Etricha dengan mata berbinar. "Jadi mereka berjuang untuk mendirikan Madrasah di sini? Pasti sulit, ya?"
"Betul, Nayra. Membuat Madrasah waktu itu membutuhkan perjuangan besar. Sebelum memiliki bangunan sendiri, anak-anak mengaji di Masjid Nurul Jami, masjid yang menjadi pusat kegiatan keagamaan di Blok Sindureja. Masjid itu selalu ramai dengan anak-anak yang belajar mengaji, dan shalat berjamaah."
Ibu Etricha tersenyum mengenang masa-masa itu. "Suasana di Masjid Nurul Jami selalu hidup. Anak-anak berlarian di halaman sebelum waktu mengaji, sementara di dalam, suara lantunan ayat-ayat Al-Qur'an menggema dengan merdu. Di sana, anak-anak belajar membaca, menulis huruf Arab, dan mendalami ilmu agama. Namun, Remaja Masjid belum kepikiran mendirikan sebuah Madrasah agar anak-anak punya tempat khusus untuk belajar agama secara teratur dan lebih terstruktur."
Nayra terdiam sejenak, membayangkan suasana Masjid yang ramai dengan anak-anak yang penuh semangat belajar. "Lalu, apa yang membuat mereka akhirnya berhasil mendirikan Madrasah?"
Ibu Etricha melanjutkan, "Perjuangannya panjang, Nayra. Pak Eman Sulaiman mendatangi Madrasah -madrasah yang sudah berdiri, beliau belajar di sana dan menerapkannya di Blok Sindureja. Pak Eman dan para Remaja Masjid terus berusaha, meskipun banyak tantangan. Orang-orang di Blok Sindureja akhirnya mendukung ide ini, karena mereka sadar bahwa pendidikan agama sangat penting bagi anak-anak."
Nayra tersenyum, membayangkan bagaimana perjuangan mereka untuk mendirikan Madrasah di desanya. "Pasti pahalanya terus mengalir ya, Bu? Mereka yang memulai ini semua akan terus mendapat pahala dari setiap anak yang belajar di Madrasah."
Ibu Etricha mengangguk dengan bangga, "Benar sekali, Nayra. Setiap anak yang belajar, setiap ayat yang dibaca, setiap ilmu yang diajarkan, pahalanya akan terus mengalir bagi mereka yang berjuang mendirikan Madrasah ini. Pahala itu tidak akan terputus, bahkan setelah mereka tiada."
Nayra memandang Madrasah yang kini berdiri kokoh di Blok Sindureja dengan perasaan penuh hormat. Ia tak lagi melihatnya hanya sebagai bangunan biasa, tapi sebagai simbol perjuangan dan pengabdian yang dilakukan oleh para pendahulu desanya.
"Aku jadi ingin tahu lebih banyak tentang Pak Eman dan Remaja Masjid lainnya yang mendirikan Madrasah ini, Bu," kata Nayra.
"Kalau begitu, mungkin kamu bisa bertanya kepada Ayah atau orang-orang yang tahu lebih banyak tentang sejarahnya. Setahu Ibu Pak Eman itu sahabatnya Ayah," kata Ibu Etricha. "Ini adalah bagian penting dari sejarah Blok Sindureja, dan Ibu senang kamu tertarik untuk mengetahuinya."
Nayra tersenyum lebar. Ia merasa semakin bangga dengan desanya dan ingin terus belajar tentang sejarah serta orang-orang yang telah membawa perubahan besar bagi Desa Halimpu, terutama di Blok Sindureja.
#Cerita anak-anak
#Maaf-maaf sedang belajar menulis, maaf
Bismillah....
KENANGAN MENGAJI DI RUMAH IBU EMBI EDOH
Setelah selesai memotret Madrasah di Blok Sindureja, Ibu Etricha duduk di bangku kecil di tepi jalan. Matanya menerawang jauh, seolah sedang mengingat sesuatu dari masa lalu. Nayra, yang duduk di sampingnya, melihat wajah Ibu Etricha yang tampak serius.
"Ibu, kenapa termenung begitu?" tanya Nayra dengan penasaran.
Ibu Etricha tersenyum tipis, lalu menjawab dengan lembut, "Ibu sedang mengingat masa kecil Ibu, Nayra. Saat Ibu kecil, belum ada Madrasah seperti ini di desa kita."
Nayra terkejut, "Belum ada Madrasah? Jadi, Ibu belajar agamanya di mana?"
"Saat Ibu kecil, kami belajar agama di masjid, mushola, atau di rumah-rumah warga. Bahkan, saat orang tua Ibu masih kecil, anak-anak belajar mengaji di pondok pesantren yang jauh, Al-Antiq namanya," cerita Ibu Etricha.
Nayra semakin penasaran, "Pondok pesantren yang jauh? Sejauh apa, Bu?"
"Dari Blok Sindureja, setiap sore anak-anak berjalan ke Pondok Pesantren Al-Antiq. Karena jaraknya jauh, mereka biasanya berangkat sore dan pulangnya keesokan paginya. Dulu, belum ada penerangan di jalan, dan mereka harus melewati hutan. Gelap sekali, hanya diterangi oleh lampu minyak atau obor kecil," jelas Ibu Etricha sambil tersenyum mengingat masa itu.
"Jadi, anak-anak dulu tidak langsung pulang setelah mengaji?" tanya Nayra.
"Benar. Mereka menginap di pondok, karena terlalu berbahaya untuk pulang malam-malam melewati hutan tanpa penerangan," jawab Ibu Etricha.
Nayra membayangkan betapa beraninya anak-anak di zaman dahulu. Mereka harus menempuh perjalanan panjang hanya untuk belajar mengaji. Namun, Ibu Etricha melanjutkan ceritanya, "Saat Ibu kecil, keadaan sudah berubah sedikit. Anak-anak belajar mengaji di masjid, mushola, dan rumah-rumah warga. Salah satu tempat mengaji yang paling ramai adalah di rumah Ibu Embi Edoh."
"Siapa Ibu Embi Edoh?" tanya Nayra penasaran.
"Dia adalah seorang ibu yang sangat baik. Setiap sore, banyak anak-anak datang ke rumahnya untuk belajar mengaji. Rumahnya selalu penuh dengan canda dan tawa. Ibu masih ingat betul, suasananya sangat ramai dan menyenangkan. Anak-anak berlari-lari di halaman sebelum mengaji, tertawa bersama, dan ketika mengaji dimulai, semuanya duduk dengan tertib, mendengarkan Ibu Embi dengan penuh perhatian," kenang Ibu Etricha sambil tersenyum lebar.
Nayra bisa membayangkan suasana itu. Anak-anak dengan sarung dan mukena, duduk di lantai rumah Ibu Embi Edoh. Sebelum mengaji, mereka berlarian di halaman, tertawa bersama, dan ketika waktu belajar tiba, mereka duduk rapi sambil memegang Al-Qur'an di tangan. Tawa mereka yang ceria bergema di seluruh desa.
"Setelah mengaji, kami biasanya bermain sebentar, lalu pulang dengan hati yang senang. Itu adalah masa yang indah, Nayra. Meski kami tidak punya Madrasah seperti sekarang, semangat belajar kami sangat besar," kata Ibu Etricha dengan penuh nostalgia.
Nayra terdiam sejenak, membayangkan bagaimana hidup di zaman Ibu Etricha. "Ibu, sekarang anak-anak bisa belajar dengan mudah di Madrasah, tapi dulu kalian harus belajar di rumah-rumah. Keren ya, Bu, zaman dulu?"
Ibu Etricha mengangguk, "Iya, Nayra. Setiap zaman punya tantangannya sendiri. Tapi, yang penting adalah semangat untuk belajar, meski keadaannya berbeda. Waktu dulu kami harus berjalan jauh atau belajar di rumah-rumah, tapi itu membuat kami semakin kuat dan saling mendukung."
Nayra tersenyum, merasa bangga dengan cerita Ibu Etricha. Kini ia lebih mengerti betapa berharganya Madrasah yang ada di desanya sekarang, dan bagaimana perjuangan anak-anak di masa lalu untuk mendapatkan ilmu.
"Terima kasih sudah cerita, Bu. Sekarang aku jadi lebih sayang sama Madrasah ini," kata Nayra sambil memandang bangunan Madrasah yang baru saja mereka foto.
Ibu Etricha mengusap kepala Nayra dengan lembut, "Ibu senang kamu bisa memahami. Selalu hargai tempat-tempat seperti ini, karena di sinilah kita tumbuh dan belajar."
Mereka berdua pun pulang dengan perasaan hangat, membawa kenangan masa lalu yang kini menjadi bagian dari cerita Desa Halimpu.
#Cerita anak-anak
#Maaf, maaf sedang belajar menulis, maaf
Bismillah....
FOTO TERAKHIR MADRASAH BLOK SINDUREJA
Suatu pagi yang cerah di Desa Halimpu, Ibu Etricha datang ke rumah Nayra. Ia tampak membawa kamera di tangannya dan tersenyum hangat kepada Nayra yang sedang bermain di halaman.
"Nayra, bisakah kamu antar Ibu ke Madrasah?" tanya Ibu Etricha sambil melambai.
"Ke Madrasah, Bu? Mau apa di sana?" Nayra heran.
Ibu Etricha tertawa kecil, "Ibu mau memoto bangunan itu. Besok Minggu, Madrasah ini akan diperbaiki. Ibu ingin menyimpan foto bangunannya sekarang sebagai kenang-kenangan."
Nayra mengernyitkan dahi, "Kenapa harus difoto, Bu? Kan nanti tetap jadi Madrasah."
Ibu Etricha mengangguk, "Benar, Nayra. Tapi bangunan Madrasah ini adalah bagian dari sejarah desa kita. Bangunan yang sekarang sudah berdiri bertahun-tahun, menjadi tempat belajar anak-anak seperti kamu. Bukan hanya gedung biasa, tapi tempat di mana banyak orang mendapatkan ilmu, mengaji, dan belajar. Ibu ingin mengabadikannya sebelum berubah."
Mereka berjalan menuju Madrasah, yang terletak di tepi desa, tidak jauh dari hamparan sawah yang luas. Bangunan Madrasah itu tampak sederhana, berdinding kayu yang sudah mulai memudar, dan atapnya sedikit miring. Meski sederhana, bangunan itu memiliki kesan hangat dan penuh kenangan. Di sinilah tempat anak-anak Desa Halimpu belajar membaca Al-Qur’an, belajar matematika, dan mendengarkan cerita-cerita agama dari guru-guru mereka.
"Ibu, Madrasah ini kelihatannya sudah tua, ya?" tanya Nayra sambil melihat ke sekeliling bangunan.
"Betul, Nayra," jawab Ibu Etricha. "Madrasah ini sudah berdiri puluhan tahun. Dulu dibangun oleh warga desa bersama-sama sebagai tempat pendidikan. Meski sederhana, banyak anak-anak dari desa kita dan desa sekitarnya belajar di sini. Ini tempat yang penting bagi kita semua."
Nayra memandang bangunan itu dengan perasaan baru. Madrasah yang tadinya tampak biasa kini terasa istimewa. Ia membayangkan semua orang yang pernah belajar di sana, dan betapa pentingnya Madrasah itu bagi desa.
"Madrasah ini bukan cuma bangunan, Nayra. Ini adalah pusat pendidikan di desa kita. Setiap anak di sini belajar membaca, menulis, dan tentu saja mengaji. Tempat ini mendidik kita agar jadi orang yang baik dan cerdas," lanjut Ibu Etricha.
Dengan hati-hati, Ibu Etricha memotret Madrasah dari beberapa sudut. Ia ingin setiap detail bangunan itu terekam dengan jelas—dinding, jendela-jendela tua, dan papan nama sederhana yang menggantung di atas pintu masuk.
"Foto ini akan jadi kenang-kenangan, Nayra. Sehingga nanti, ketika bangunan ini sudah diperbaiki, kita masih bisa melihat bagaimana bentuknya yang dulu. Foto ini adalah bagian dari sejarah kita, sejarah Desa Halimpu yang tenang dan sederhana."
Nayra tersenyum sambil melihat Ibu Etricha mengambil foto-foto itu. Kini ia mengerti mengapa Ibu Etricha begitu peduli untuk mengabadikan Madrasah tersebut.
"Ibu, nanti kalau bangunannya sudah jadi baru, kita foto lagi, ya?" ajak Nayra penuh semangat.
"Tentu, Nayra," jawab Ibu Etricha sambil tersenyum. "Kita akan buat album sejarah Madrasah ini, dari yang lama hingga yang baru."
Mereka pun pulang dengan hati penuh kebanggaan akan desa dan sejarah kecilnya yang penuh makna. Madrasah itu mungkin hanya bangunan sederhana, tapi di baliknya tersimpan kisah-kisah pendidikan dan kenangan manis bagi warga Desa Halimpu.
#Cerita anak-anak
#Maaf-maaf sedang belajar menulis, maaf
Terima Kasih kepada Bapak H. Kasman, Kepala Desa Halimpu, atas Pembangunan Desa yang Berkelanjutan
Di saat banyak desa lain menghadapi keluhan akibat kerusakan jalan, kita di Desa Halimpu patut bersyukur. Jalan-jalan di desa ini terpelihara dengan baik, dan bahkan minggu lalu, jalan menuju Pemakaman Umum Blok Sindureja telah diaspal, memberikan kemudahan bagi warga yang hendak berziarah atau menghadiri pemakaman.
Perbaikan jalan ke pemakaman ini adalah salah satu prestasi besar yang dicapai oleh Bapak H. Kasman, Kepala Desa Halimpu, bersama perangkat desanya. Di saat desa lain mungkin masih berjuang untuk memperbaiki jalan umum, di Desa Halimpu perhatian telah sampai ke akses jalan menuju pemakaman. Ini adalah bukti nyata komitmen Bapak Kepala Desa dan jajarannya untuk membangun desa secara merata, termasuk di blok-blok seperti Sindureja.
Bapak H. Kasman, bersama Bapak Kadus Blok Sindureja dan perangkatnya, telah menunjukkan bahwa pembangunan desa adalah prioritas yang dipegang teguh. Keberhasilan ini tentu tidak bisa lepas dari kerja keras seluruh aparat desa yang turut serta mewujudkan kenyamanan bagi warganya. Meskipun kami, warga, mungkin kurang mengetahui detail dari pembangunan di Desa Halimpu secara keseluruhan, kami merasa bersyukur dan bangga atas apa yang telah dicapai hingga saat ini.
Semoga perbaikan ini menjadi awal dari lebih banyak lagi pembangunan yang menginspirasi dan membawa manfaat bagi masyarakat Desa Halimpu. Terima kasih kepada Bapak H. Kasman dan seluruh perangkat desa yang telah bekerja keras demi kebaikan desa tercinta ini. Kami berharap agar komitmen dan semangat membangun ini terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Maafkan kami jika ada yang kurang dalam penyampaian rasa terima kasih ini. Semoga segala yang dilakukan Bapak Kepala Desa dan perangkat desa mendapat berkah dan kemajuan terus hadir di Desa Halimpu.
#Punten-punten, nuju belajar menulis, punten
Bismillah....
Prestasi Karang Taruna Desa Halimpu dalam Menghidupkan Seni Vokal Lewat Lomba Karaoke
Karang Taruna Desa Halimpu menunjukkan kiprahnya dalam menjaga dan memupuk bakat seni di tengah masyarakat dengan menyelenggarakan lomba karaoke. Kegiatan ini menjadi ruang ekspresi vokal bagi warga Desa Halimpu dan mendapat dukungan sponsor dari Djarum Coklat. Meski sekilas mungkin terlihat sederhana, bagi kami lomba karaoke ini memiliki makna yang lebih dalam. Lomba ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sarana untuk mengasah bakat seni vokal warga, suatu bentuk seni yang terkadang dianggap remeh, tetapi memiliki potensi besar dalam mempererat hubungan dan menumbuhkan rasa bangga akan talenta lokal.
Namun, sayangnya, karena keterbatasan informasi, meski acaranya sudah beberapa kali, kami belum sempat mengabadikan momen-momen penting dalam acara ini. Seandainya ada dokumentasi yang lebih lengkap, kita bisa menyimpan suara-suara orang Halimpu sebagai kenangan yang berharga. Acara ini bisa saja menjadi sejarah vokal Desa Halimpu, sebuah jejak yang memperlihatkan bagaimana setiap warga, dari yang muda hingga yang tua, berani tampil dan menunjukkan bakat mereka di atas panggung. Dengan kegiatan seperti ini, Karang Taruna tidak hanya menghibur tetapi juga menjaga keberlanjutan seni vokal di desa. Terima kasih kepada Karang Taruna dan semua pihak yang terlibat dalam acara ini, yang telah menciptakan kenangan indah bagi Desa Halimpu.
#Punten-punten pisan, nuju belajar menulis, punten
SEJARAH NAOMI BELAJARMEMBUAT UNDANGAN DIGITAL
Di sebuah desa kecil bernama Halimpu, hiduplah seorang gadis kecil bernama Naomi. Suatu hari, Naomi merasa penasaran dan ingin mempelajari sesuatu yang baru. Ia mendatangi Ibu Etricha, seorang wanita yang dikenal pandai dalam hal teknologi di desa tersebut.
"Ibu Etricha, bisakah Ibu menjelaskan kepada saya cara membuat undangan digital?" tanya Naomi dengan penuh semangat.
Ibu Etricha tampak agak bingung. "Mengapa kamu ingin belajar membuat undangan digital, Naomi?" tanyanya.
Naomi pun mulai bercerita, "Beberapa hari yang lalu, Ibu saya menerima undangan acara kegiatan di blok Sindureja. Saya berpikir, kalau kita menggunakan undangan digital, pasti lebih efisien. Kita bisa mengirimnya dengan cepat dan menghemat kertas. Selain itu, undangan digital bisa lebih menarik dengan desain yang berwarna-warni."
Mendengar penjelasan Naomi, Ibu Etricha mulai memahami. "Oh begitu. Memang benar, undangan digital punya banyak kelebihan. Namun, untuk penerapannya di Desa Halimpu, kita perlu waktu dan bertahap. Tidak semua orang di sini terbiasa dengan teknologi."
Naomi mengangguk, tapi dia tetap bersemangat. "Saya tetap ingin belajar, Bu. Mungkin saya bisa membantu orang-orang di desa ini untuk mulai menggunakan undangan digital."
Ibu Etricha tersenyum melihat semangat Naomi. "Baiklah, Naomi. Kita bisa mulai belajar bersama. Langkah pertama adalah memahami dasar-dasar desain dan cara menggunakan komputer."
Dengan semangat yang membara, Naomi dan Ibu Etricha pun memulai petualangan baru mereka dalam dunia undangan digital. Naomi yakin, suatu hari nanti, Desa Halimpu akan menjadi desa yang lebih modern dan ramah lingkungan berkat undangan digital tersebut.
Bismillah....
Tradisi Sedekah Bumi di Blok Sindureja: Ketika Chiken Menjadi Bagian dari Berkat
Saat acara Tradisi Sedekah Bumi di Blok Sindureja, Desa Halimpu, ada perasaan sedih karena saya tidak ikut mengabadikan momen berharga ini. Padahal ada banyak hal menarik di sana.
Namun, ada satu hal yang mencuri perhatian saya dan sepertinya menjadi ciri baru di Blok Sindureja, yaitu kehadiran "chicken" dalam setiap berkat. Hampir seluruh berkat yang kami sekeluarga terima, semuanya berisi nasi dan potongan ayam goreng atau "fried chicken." Ini mungkin tampak sederhana, tetapi bagi saya, kehadiran chicken dalam berkat tradisional seperti ini adalah simbol perkembangan zaman.
Dulu, dalam setiap acara, sajian berkat biasanya berisi makanan rumahan, hasil olahan tangan para ibu yang memasak dengan penuh kehangatan. Namun, sekarang, tampaknya masyarakat mulai beralih ke sesuatu yang lebih praktis dan sesuai selera zaman. Kakak saya, misalnya, memilih membeli paket chicken yang lebih simpel dan mungkin juga lebih ekonomis, dibandingkan dengan Ibu yang tetap memasak sendiri.
Perubahan kecil ini mungkin akan menjadi sejarah baru dalam tradisi masyarakat Desa Halimpu, khususnya di Blok Sindureja. Makanan dalam berkat mungkin tidak lagi terbatas pada masakan rumahan, tetapi juga makanan modern yang lebih praktis dan mudah disukai. Meskipun demikian, perubahan ini tidak mengurangi esensi dari acara-acara itu sendiri, yang tetap menjadi ajang berkumpul, berbagi, dan merawat rasa syukur.
#maaf-maaf sedang belajar menulis, maaf
Terima Kasih kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa: Sejarah Perombakan MD di Blok Sindureja, Desa Halimpu
Rasa syukur yang mendalam kini menyelimuti warga Blok Sindureja, Desa Halimpu, karena salah satu tempat yang sangat berharga, MD (Madrasah Diniyah), sedang mengalami perombakan. MD telah lama menjadi pusat pendidikan agama bagi anak-anak di Blok Sindureja, dan keberadaannya tidak hanya sebagai bangunan fisik, tetapi sebagai tempat yang mencetak generasi muda agar tumbuh dengan nilai-nilai agama yang kuat.
Momen perombakan ini adalah momen bersejarah. Sudah sekian lama, MD berdiri dengan segala kenangannya, mengajari anak-anak Al-Qur'an, shalat, serta pengetahuan agama lainnya. Kini, dengan perombakan ini, diharapkan MD dapat memberikan suasana yang lebih nyaman, aman, dan layak untuk kegiatan belajar agama di masa mendatang.
Meskipun kurang informasi mengenai siapa saja yang terlibat secara langsung dalam proses ini, ada keyakinan bahwa Kepala Desa dan perangkat Desa Halimpu, termasuk Bapak Kadus, Bapak RW, Bapak RT, serta para sesepuh, berperan besar dalam inisiatif ini. Mereka yang selama ini berdedikasi untuk kemajuan desa, terutama dalam bidang pendidikan dan keagamaan, pantas mendapatkan apresiasi yang sebesar-besarnya.
Peran perangkat desa memang terasa sangat penting, dan kehadiran mereka saat perombakan menunjukkan betapa besar perhatian mereka terhadap pendidikan agama di Blok Sindureja. Bahkan, terlihat juga Ibu Kadus dari Blok Pawedusan yang turut hadir, seolah-olah menunjukkan bahwa semangat gotong-royong dan kebersamaan di Desa Halimpu tidak terbatas pada satu blok, melainkan melibatkan semua pihak.
Sebelum perombakan MD ini, sudah ada beberapa kemajuan penting di Blok Sindureja, salah satunya adalah pengaspalan jalan di area Pemakaman Umum. Jalan yang sebelumnya sulit diakses, kini lebih mudah dilalui, sehingga mempermudah warga yang hendak berziarah atau menghadiri pemakaman.
Untuk itu, ucapan terima kasih yang tulus dihaturkan kepada Kepala Desa Halimpu dan seluruh perangkat desa yang telah berupaya keras untuk memajukan desa ini. Semoga dengan perombakan MD ini, semakin banyak generasi muda di Blok Sindureja yang tumbuh menjadi insan berilmu, beriman, dan berbudi pekerti luhur.
#Punten-punten pisan, nuju belajar menulis, punten